LAMPUKUNING.ID,KOTA JAMBI- Pemerintah Kota Jambi kini mulai menyasar vaksinasi pelajar tingkat SMA/Sederajat. Hal itu guna mengejar target herd immunity di Kota Jambi.
Kadinkes Kota Jambi, Ida Yuliati mengatakan bahwa sesuai arahan Walikota Jambi, dirinya berharap seluruh Puskesmas dan Rumah sakit yang ada di kota Jambi memprioritaskan vaksin untuk remaja usia 12 hingga 18 tahun. Sebab dalam waktu dekat kemungkinan sekolah tatap muka akan dibuka kembali.
“Targetnya sekitar 59 ribu remaja usia 12-18 tahun yang masuk daftar untuk di vaksin,” kata Ida, Rabu (1/9).
Dikatakan Ida, saat ini sudah tersedia tiga jenis pilihan vaksin, yaitu Sinovac, Moderna dan CoronaVac. Khusus untuk Sinovac tersedia 10 ribu dosis, Moderna 920 vial untuk umum, dan 513 vial untuk tenaga kesehatan. Sementara CoronaVac tersedia 5.430 dosis.
“Tapi yang CoronaVac ini belum kita ambil. Artinya untuk satu minggu kedepan stok vaksin kita masih aman,” ujarnya.
Sementara itu, ketika ditanya perbedaan ketiga vaksin tersebut, Ida mengatakan bahwa untuk Sinovac, nilai efikasinya sekitar 63 persen. Sementara Moderna memiliki nilai efikasi sekitar 94 persen.
“CoronaVac itu kurang lebih sama dengan Sinovac,” katanya.
Ida mengatakan, untuk Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Moderna memiliki gejala yang lebih berat. Seperti pegal-pegal, demam hingga mencapai 39 derajat, dan rasa sakit di badan. “Tapi itu tidak masalah, masyarakat bebas memilih mau vaksin yang mana. Untuk Sinovac memang gejalanya lebih ringan,” jelasnya.
Sementara itu pada Rabu (1/9), Puskesmas Paal Merah Dua melaksanakan vaksinasi pelajar SMA/sederajat yang dipusatkan di SMA/SMK Yadika Jambi, di Lorong Anggrek, Kelurahan Lingkar Selatan. Pemerintah menyediakan 200 dosis dalam vaksin tahap pertama tersebut.
“Total siswa di Yadika ini ada 800 orang, baik SMA/SMK. Tapi kemarin kita konfirmasi ke Puskesmas untuk tahap pertama ini diberikan dosis sebanyak 200 siswa, kedepan kita berharap ada tambahan,” kata Kepala Sekolah SMA Yadika Jambi, Nelson Siringo Ringo, Rabu (1/9).
Dari total 200 tersebut, jumlah siswa yang masuk vaksin dosis pertama ini baru sebanyak 192 orang yang hadir. Sementara sisanya sekitar 8 orang siswa belum hadir ke sekolah hingga pukul 10.00 pagi.
“Dari hasil pendataan tadi memang sekitar 8 orang belum hadir, tapi nanti saya berharap agak siang mereka bisa hadir ke sekolah,” tambahnya.
Dikatakan Nelson, pihak sekolah sudah lebih dulu berkirim surat persetujuan orangtua sebelum siswanya di vaksin. “Ada sebagian orang tua memang yang belum setuju anaknya untuk divaksin, sebagian ada juga yang punya penyakit bawaan. Mudah-mudahan nanti ketika ada pencerahan dari wali kelas maupun kepala sekolah para orang tua siswa bersedia anaknya untuk dilakukan vaksin. Karena nanti untuk pembelajaran tatap muka itu, alangkah lebih baik para siswa dan guru itu sudah melakukan vaksin,” ujarnya.
Kemudian Nelson menjelaskan, dari total angket yang disebarkan kepada orang tua, ada 12 orang tua siswa SMA Yadika yang tidak bersedia anaknya di vaksin. Sementara untuk SMK Yadika ada sekitar 300 yang belum setuju.
“Ini beragam, ada yang belum sepemikiran mengenai vaksin ini, ada juga yang memang anaknya memiliki penyakit bawaan. Sekolah tidak pernah memaksa ataupun mengancam. Ini adalah salah satu cara pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19,” katanya.
Sementara itu, Anggota Komisi IV DPRD Kota Jambi, Kemas Faried Alfarelly mengatakan bahwa berdasarkan pengalamannya turun ke lapangan, memang biasanya pihak sekolah selalu meminta izin persetujuan kepada orang tua siswa sebelum melakukan vaksinasi.
“Memang butuh waktu untuk meyakinkan para orang tua. Pelan-pelan, di edukasi secara berkala bahwa vaksin ini sebagai salah satu upaya memutus mata rantai penularan Covid-19,” ujarnya.
Kemas Faried menambahkan, kemungkinan para orang tua takut adanya Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) terhadap anak. “Misalnya terjadi demam, dan lain sebagainya. Memang butuh proses pelan-pelan untuk meyakinkan,” jelasnya.
Sementara saat ditanya mengenai rencana pemerintah untuk membuka Sekolah Tatap Muka setelah berada di level III, Kemas Faried mengatakan untuk pelajar tingkat SMP dan SMA mungkin sudah bisa dilakukan untuk tatap muka, bahkan 100 persen. Namun, masih terjadi kehawatiran yang sangat tinggi dari para orang tua untuk pelajar tingkat dasar (SD).
“Pelan-pelan, butuh penyesuaian dan pengawasan ekstra ketat untuk protokol kesehatan disekolah. Biasanya kalau anak SD ini masih suka bermain-main, memegang sesuatu, tidak cuci tangan, dan lainnya. Sehingga memang butuh proses, terutama jaminan menjaga protokol kesehatan,” pungkasnya. (LK07)